Minggu, 23 Oktober 2011

CSR

Pentingnya Implementasi Corporate Social Responsibility Pada Masyarakat Indonesia

Sejarah Singkat
Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970an dan semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998), karya John Elkington. Mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity, yang digagas the World Commission on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987), Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus: 3P, singkatan dari profit, planet dan people. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit). Melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).
Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Melalui konsep investasi sosial perusahaan “seat belt”, sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional.
Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan bahwasanya kegiatan perusahaan membawa dampak – for better or worse, bagi kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat, khususnya di sekitar perusahaan beroperasi. Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya shareholders atau para pemegang saham. Melainkan pula stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan.
Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, media massa dan pemerintah selaku regulator. Jenis dan prioritas stakeholders relatif berbeda antara satu perusahaan dengan lainnya, tergantung pada core bisnis perusahaan yang bersangkutan (Supomo, 2004). Sebagai contoh, PT Aneka Tambang, Tbk. dan Rio Tinto menempatkan masyarakat dan lingkungan sekitar sebagai stakeholders dalam skala prioritasnya. Sementara itu, stakeholders dalam skala prioritas bagi produk konsumen seperti Unilever atau Procter & Gamble adalah para customer-nya.
Model dan Cakupan CSR
CSR bisa dilaksanakan secara langsung oleh perusahaan di bawah divisi human resource development atau public relations. CSR bisa pula dilakukan oleh yayasan yang dibentuk terpisah dari organisasi induk perusahaan namun tetap harus bertanggung jawab ke CEO atau ke dewan direksi.
Sebagian besar perusahaan di Indonesia menjalankan CSR melalui kerjasama dengan mitra lain, seperti LSM, perguruan tinggi atau lembaga konsultan. Beberapa perusahaan ada pula yang bergabung dalam sebuah konsorsium untuk secara bersama-sama menjalankan CSR. Beberapa perusahaan bahkan ada yang menjalankan kegiatan serupa CSR, meskipun tim dan programnya tidak secara jelas berbendera CSR (Suharto, 2007a).
Pada awal perkembangannya, bentuk CSR yang paling umum adalah pemberian bantuan terhadap organisasi-organisasi lokal dan masyarakat miskin di negara-negara berkembang. Pendekatan CSR yang berdasarkan motivasi karitatif dan kemanusiaan ini pada umumnya dilakukan secara ad-hoc, partial, dan tidak melembaga. CSR pada tataran ini hanya sekadar do good dan to look good, berbuat baik agar terlihat baik. Perusahaan yang melakukannya termasuk dalam kategori ”perusahaan impresif”, yang lebih mementingkan ”tebar pesona” (promosi) ketimbang ”tebar karya” (pemberdayaan) (Suharto, 2008).
Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang kurang menyukai pendekatan karitatif semacam itu, karena tidak mampu meningkatkan keberdayaan atau kapasitas masyarakat lokal. Pendekatan community development kemudian semakin banyak diterapkan karena lebih mendekati konsep empowerment dan sustainable development. Prinsip-prinsip good corporate governance, seperti fairness, transparency, accountability, dan responsibility kemudian menjadi pijakan untuk mengukur keberhasilan program CSR. Sebagai contoh, Shell Foundation di Flower Valley, Afrika Selatan, membangun Early Learning Centre untuk membantu mendidik anak-anak dan mengembangkan keterampilan-keterampilan baru bagi orang dewasa di komunitas itu. Di Indonesia, perusahaan-perusahaan seperti Freeport, Rio Tinto, Inco, Riau Pulp, Kaltim Prima Coal, Pertamina serta perusahaan BUMN lainnya telah cukup lama terlibat dalam menjalankan CSR.
Kegiatan CSR yang dilakukan saat ini juga sudah mulai beragam, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat berdasarkan needs assessment. Mulai dari pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan, pemberian pinjaman modal bagi UKM, social forestry, penakaran kupu-kupu, pemberian beasiswa, penyuluhan HIV/AIDS, penguatan kearifan lokal, pengembangan skema perlindungan sosial berbasis masyarakat dan seterusnya. CSR pada tataran ini tidak sekadar do good dan to look good, melainkan pula to make good, menciptakan kebaikan atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Undang – Undang CSR
Di Tanah Air, debut CSR semakin menguat terutama setelah dinyatakan dengan tegas dalam UU PT No.40 Tahun 2007 yang belum lama ini disahkan DPR. Disebutkan bahwa PT yang menjalankan usaha di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Pasal 74 ayat 1).
UU PT tidak menyebutkan secara rinci berapa besaran biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk CSR serta sanksi bagi yang melanggar. Pada ayat 2, 3 dan 4 hanya disebutkan bahwa CSR ”dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran”. PT yang tidak melakukan CSR dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai CSR ini baru akan diatur oleh Peraturan Pemerintah, yang hingga kini – sepengetahuan penulis, belum dikeluarkan.
Peraturan lain yang menyentuh CSR adalah UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyatakan bahwa ”Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.” Meskipun UU ini telah mengatur sanksi-sanksi secara terperinci terhadap badan usaha atau usaha perseorangan yang mengabaikan CSR (Pasal 34), UU ini baru mampu menjangkau investor asing dan belum mengatur secara tegas perihal CSR bagi perusahaan nasional.
Jika dicermati, peraturan tentang CSR yang relatif lebih terperinci adalah UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN. UU ini kemudiaan dijabarkan lebih jauh oleh Peraturan Menteri Negara BUMN No.4 Tahun 2007 yang mengatur mulai dari besaran dana hingga tatacara pelaksanaan CSR. Seperti kita ketahui, CSR milik BUMN adalah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
Dalam UU BUMN dinyatakan bahwa selain mencari keuntungan, peran BUMN adalah juga memberikan bimbingan bantuan secara aktif kepada pengusaha golongan lemah, koperasi dan masyarakat. Selanjutnya, Permen Negara BUMN menjelaskan bahwa sumber dana PKBL berasal dari penyisihan laba bersih perusahaan sebesar 2 persen yang dapat digunakan untuk Program Kemitraan ataupun Bina Lingkungan. Peraturan ini juga menegaskan bahwa pihak-pihak yang berhak mendapat pinjaman adalah pengusaha beraset bersih maksimal Rp 200 juta atau beromset paling banyak Rp 1 miliar per tahun (lihat Majalah Bisnis dan CSR, 2007)
Namun, UU ini pun masih menyisakan pertanyaan. Selain hanya mengatur BUMN, program kemitraan perlu dikritisi sebelum disebut sebagai kegiatan CSR. Menurut Sribugo Suratmo (2008), kegiatan kemitraan mirip dengan sebuah aktivitas sosial dari perusahaan, namun di sini masih ada bau bisnisnya. Masing-masing pihak harus memperoleh keuntungan.
Pertanyaannya: apakah kerjasama antara pengusaha besar dan pengusaha kecil yang menguntungkan secara ekonomi kedua belah pihak, dan apalagi hanya menguntungkan pihak pengusaha kuat (cenderung eksploitatif) bisa dikategorikan sebagai CSR?
Meskipun CSR telah diatur oleh UU, debat mengenai ”kewajiban” CSR masih bergaung. Bagi kelompok yang tidak setuju, UU CSR dipandang dapat mengganggu iklim investasi. Program CSR adalah biaya perusahaan. Di tengah negara yang masih diselimuti budaya KKN, CSR akan menjadi beban perusahaan tambahan disamping biaya-biaya siluman yang selama ini sudah memberatkan operasi bisnis.
Ada pula yang menyoal definisi dan singkatan CSR, terutama terkait hurup ”R” (Responsibility). Dalam Bahasa Inggris, “responsibility” berasal dari kata ”response” (tindakan untuk merespon suatu masalah atau isu) dan ”ability” (kemampuan). Maknanya, responsibility merupakan tindakan yang bersifat sukarela, karena respon yang dilakukan disesuaikan dengan ability yang bersangkutan. Menurut pandangan ini, kalau CSR bersifat wajib, maka singkatannya harus diubah menjadi CSO (Corporate Social Obligation).
Selain itu, kalangan yang kontra UU CSR berpendapat bahwa core business perusahaan adalah mencari keuntungan. Oleh karena itu, ketika perusahaan diwajibkan memerhatikan urusan lingkungan dan sosial, ini sama artinya dengan mendesak Greenpeace dan Save The Children untuk berubah menjadi korporasi yang mencari keuntungan ekonomi.
Kelompok yang setuju dengan UU CSR umumnya berargumen bahwa CSR memberi manfaat positif terhadap perusahaan, terutama dalam jangka panjang. Selain menegaskan brand differentiation perusahaan, CSR juga berfungsi sebagai sarana untuk memperoleh license to operate, baik dari pemerintah maupun masyarakat. CSR juga bisa berfungsi sebagai strategi risk management perusahaan (Suharto, 2008).
Meskipun telah membayar pajak kepada pemerintah, perusahaan tidak boleh lepas tangan terhadap permasalahan lingkungan dan sosial di sekitar perusahaan. Di Indonesia yang masih menerapkan residual welfare state, manfaat pajak seringkali tidak dirasakan secara langsung oleh masyarakat kelas bawah, orang miskin dan komunitas adat terpencil. Oleh karena itu, bagi kalangan yang setuju UU CSR, CSR merupakan instrumen cash transfer dan sumplemen sistem
”negara kesejahteraan residual” yang cenderung gagal mensejahterakan masyarakat karena kebijakan dan program sosial negara bersifat fragmented dan tidak melembaga.
Definisi CSR
Definisi CSR sangat menentukan pendekatan audit program CSR. Sayangnya, belum ada definisi CSR yang secara universal diterima oleh berbagai lembaga. Beberapa definisi CSR di bawah ini menunjukkan keragaman pengertian CSR menurut berbagai organisasi (lihat Majalah Bisnis dan CSR, 2007; Wikipedia, 2008; Sukada dan Jalal, 2008).
  • World Business Council for Sustainable Development: Komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya.
  • International Finance Corporation: Komitmen dunia bisnis untuk memberi kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kehidupan mereka melalui cara-cara yang baik bagi bisnis maupun pembangunan.
  • Institute of Chartered Accountants, England and Wales: Jaminan bahwa organisasi-organisasi pengelola bisnis mampu memberi dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, seraya memaksimalkan nilai bagi para pemegang saham (shareholders) mereka.
  • Canadian Government: Kegiatan usaha yang mengintegrasikan ekonomi, lingkungan dan sosial ke dalam nilai, budaya, pengambilan keputusan, strategi, dan operasi perusahaan yang dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan berkembang.
  • European Commission: Sebuah konsep dengan mana perusahaan mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan.
  • CSR Asia: Komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan, seraya menyeimbangkan beragam kepentingan para stakeholders.
Selain itu, ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility juga memberikan definisi CSR. Meskipun pedoman CSR standard internasional ini baru akan ditetapkan tahun 2010, draft pedoman ini bisa dijadikan rujukan. Menurut ISO 26000, CSR adalah:
Tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh (draft 3, 2007).
Berdasarkan pedoman ini, CSR tidaklah sesederhana sebagaimana dipahami dan dipraktikkan oleh kebanyakan perusahaan. CSR mencakup tujuh komponen utama, yaitu: the environment, social development, human rights, organizational governance, labor practices, fair operating practices, dan consumer issues (lihat Sukada dan Jalal, 2008).
Jika dipetakan, menurut saya, pendefinisian CSR yang relatif lebih mudah dipahami dan bisa dioperasionalkan untuk kegiatan audit adalah dengan mengembangkan konsep Tripple Bottom Lines (Elkington, 1998) dan menambahkannya dengan satu line tambahan, yakni procedure (lihat Suharto, 2007a).
Dengan demikian, CSR adalah: Kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan profesional.
Dalam aplikasinya, konsep 4P ini bisa dipadukan dengan komponen dalam ISO 26000. Konsep planet jelas berkaitan dengan aspek the environment. Konsep people di dalamnya bisa merujuk pada konsep social development dan human rights yang tidak hanya menyangkut kesejahteraan ekonomi masyarakat (seperti pemberian modal usaha, pelatihan keterampilan kerja). Melainkan pula, kesejahteraan sosial (semisal pemberian jaminan sosial, penguatan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan pendididikan, penguatan kapasitas lembaga-lembaga sosial dan kearifan lokal). Sedangkan konsep procedur bisa mencakup konsep organizational governance, labor practices, fair operating practices, dan consumer issues.
Corporate Social Responsibility antara Tuntutan dan Kebutuhan
Dalam evolusi pemasaran terdapat lima konsep yang selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Yang pertama adalah konsep produksi dimana konsumen akan membeli suatu produk apabila harganya murah dan mudah didapat. Kedua, konsep produk yaitu konsumen akan menyukai produk yang mempunyai mutu terbaik, kinerja terbaik dan sifat paling inovatif. Ketiga, konsep penjualan dimana konsumen akan membeli produk apabila ada usaha penjualan danpromosi dalam skala besar. Keempat, konsep pemasaran dimana pencapaian tujuan organisasi tergantung penentuan kebutuhan dan keinginan konsumen dan memuaskannya lebih efektif dan efisien dari pada saingan. Kelima, pemasaran berwawasan social dimana pencapaian tujuan organisasi tergantung penentuan kebutuhan dan keinginan konsumen memenuhinya lebih efisien dari pada saingan melalui peningkatan kesejahteraan konsumen dan masyarakat.
Pada saat sekarang ini konsep pemasaran sudah berada pada tahap kelima dimana konsumen dalam membeli produk suatu perusahaan tidak hanya sekedar memperhatikan suatu produk apakah bisa memenuhi kebutuhan mereka secara lebih efisisen dari pada saingan tapi juga dengan kritis melihat apakah keberadaan perusahaan telah berkontribusi positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan juga apakah keberadaan perusahaan tidak menjadi bencana di tengah masyarakat baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan kritis konsumen juga selektif melihat apakah suatu perusahaan tidak melakukan hal-hal tidak terpuji seperti perusakan lingkungan, eksploitasi sumberdaya alam, manipulasi pajak dan penindasan terhadap hak-hak buruh.Tekanan yang kuat dari masyarakat terutama di tengah masyarakat yang kritis seperti Eropa mengharuskan perusahaan menata kembali konsep bisnis mereka tidak sekedar berorientasi profit belaka tetapi juga harus memiliki tanggung jawab social atau yang sekarang lebih dikenal sebagai Corporate Social Responsibility. Konsep dan praktek Corporate Social Responsibility sudah menunjukan suatu keharusan, para pemilik modal tidak bisa lagi menganggap sebagai suatu pemborosan hal ini berkaitan meningkatnya kesadaran social kemanusiaan dan lingkungan. Tuntutan untuk melaksanakan program Corporate Social Responsibility makin tinggi termasuk perusahaan di Indonesia terutama ketika hendak go international atau sekedar menjalin kerjasama dengan perusahaan dari Negara maju. Biasanya yang ditanyakan oleh calon mitra bisnis adalah apa saja program Corporate Social Responsibility nya.
Jika kita perhatikan, masyarakat sekarang hidup dalam kondisi yang dipenuhi beragam informasi dari berbagai bidang, serta dibekali kecanggihan ilmu dan teknologi. Pola seperti ini mendorong terbentuknya cara berpikir, gaya hidup dan tuntutan masyarakat yang lebih tajam. Seiring dengan perkembangan ini tumbuh gerakan konsumen yang kita kenal sebagai vigilante consumerism yang kemudian berkembang menjadi ethical consumerism.
Sehubungan dengan adanya tuntutan dan kebutuhan akan CSR (Program Corporate Social Reponsibility) yang merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal 74 Undang-undang Perseroan Terbatas (UUPT) yang baru. Undang-undang ini disyahkan dalam sidang paripurna DPR.
Dengan adanya Undang-undang ini, industri atau korporasi-korporasi wajib untuk melaksanakannya, tetapi kewajiban ini bukan merupakan suatu beban yang memberatkan. Perlu diingat pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan industri saja, tetapi setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan pengelolaan kualitas hidup masyarakat. Industri dan korporasi berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup. Kini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan sudah meliputi keuangan, sosial, dan aspek lingkungan biasa disebut (Triple bottom line) sinergi tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan.
Kita telah menyinggung sebelumnya bahwa konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah dikenal sejak awal 1970, yang secara umum diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat, lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan (Corporate Social Reponsibility) CSR tidak hanya merupakan kegiatan kreatif perusahaan dan tidak terbatas hanya pada pemenuhan aturan hukum semata.
Masih banyak perusahaan tidak mau menjalankan program-program CSR karena melihat hal tersebut hanya sebagai pengeluaran biaya (Cost Center). CSR tidak memberikan hasil secara keuangan dalam jangka pendek. Namun CSR akan memberikan hasil baik langsung maupun tidak langsung pada keuangan perusahaan di masa mendatang. Investor juga ingin investasinya dan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaannya memiliki citra yang baik di mata masyarakat umum. Dengan demikian, apabila perusahaan melakukan program-program CSR diharapkan keberlanjutan, sehingga perusahaan akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, program CSR lebih tepat apabila digolongkan sebagai investasi dan harus menjadi strategi bisnis dari suatu perusahaan.
Dalam proses perjalanan CSR banyak masalah yang dihadapinya, di antaranya adalah :
  1. Program CSR belum tersosialisasikan dengan baik di masyarakat.
  2. Masih terjadi perbedaan pandangan antara departemen hukum dan HAM dengan departemen perindustrian mengenai CSR dikalangan perusahaan dan Industri.
  3. Belum adanya aturan yang jelas dalam pelaksanaan CSR dikalangan perusahaan.
Bila dianalisis permasalahan di atas yang menyangkut belum tersosialisasikannya dengan baik program CSR di kalangan masyarakat. Hal ini menyebabkan program CSR belum bergulir sebagai mana mestinya, mengingat masyarakat umum belum mengerti apa itu program CSR. Apa saja yang dapat dilakukannya? Bagaimana dapat berkolaborasi dengan prosedur perusahaan.
Untuk menjawab pertanyaan masyarakat umum, perlu dijelaskan keberhasilan program CSR baik di media cetak, atau media elektronika dan memberikan contoh keberhasilan program CSR yang telah dijalankan. Di samping itu peranan perguruan tinggi perlu ambil bagian dalam proses sosialisasi ini, mengingat perguruan tinggi dapat sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Kerjasama ini dapat berupa penelitian, seminar, dan pemberdayaan masyarakat. KK-Ilmu kemanusiaan melalui mata kuliah Kumunikasi Pembangunan sudah melakukan penelitian tentang implementasi program CSR di kalangan pendidikan yang hasilnya masih jauh dari apa yang diharapkan oleh kalangan pendidikan. Contohnya hasil riset pada siswa SMA Bale Endah, mereka memerlukan bantuan biaya sekolah untuk transportasi dan uang sekolah.tetapi yang diperoleh dari program CSR perusahaan pemberi bantuan tersebut berupa seperangkat komputer dan internet berikut pelatihan bagi guru. Jelas program CSR tidak mengenai sasaran. Apa yang diperlukan oleh siswa dengan apa yang diberikan perusahaan melalui program CSR sebelumnya tidak tepat sasaran.
Permasalahan ini tidak diperhatikan oleh pihak perusahaan pemberi bantuan tetapi setelah mahasiswa yang mengambil matakuliah Komunikasi pembangunan melakukan riset, ditemukan terjadi perbedaan antara apa yang diharapkan siswa dengan apa yang diberikan perusahaan. Keadaan ini telah disampaikan kepada pihak pemberi bantuan melalui seminar, dan pihak perusahaan menyadari hal ini. Karena keterbatasan SDM dan waktu, pihak perusahaan berusaha agar lebih efektif lagi untuk kedepannya. Mahasiswa tidak hanya melakukan riset dibidang pendidikan saja, tetapi juga melakukan riset pada masyarakat sekitar kampus ITB, tepatnya di daerah Cisitu. Hasil riset menghasilkan 40% anak yang putus sekolah, 50% Ibu rumah tangga buta aksara, 75% pemuda yang tidak memiliki pekerjaan. Dari hasil riset ini mahasiswa mencoba menindak lanjuti dengan cara menyusun program pemberantasan buta aksara, pemberdayaan masyarakat, dan pendidikan informal. Program ini memerlukan tempat perlatihan, SDM, dan dana. Untuk itu, mahasiswa mengajak perusahaan telkom, BNI, dan PLN bekerjasama untuk melaksanakan program tersebut melalui program CSR yang ada pada masing-masing perusahaan.
Program CSR ini, masih menyimpan banyak polemik di kalangan departemen Hukum dan HAM yang berusaha mewajibkan CSR bagi perusahaan, sedangkan Departemen perindustrian tidak mewajibkan perusahaan tidak memiliki program CSR. Hal ini merupakan Full Anomali (terbalik-balik). Departemen Hukum dan HAM yang seharusnya mendukung pengusaha karena azas kebebasan, malah mewajibkan CSR sedangkan Departemen Perindustrian yang mestinya diwajibkan CSR justru dibebaskan dari tuntutan kewajiban CSR. Dikalangan perusahaan dan Industri. Dalam serba ketidak pastian ini Forum Ekonomi Dunia melalui Global Govermance Initiative menggelar World Business Council For Sustainablle Development di New York pada tahun 2005, salah satu deklarasi penting disepakati bahwa CSR jadi wujud komitmen dunia usaha untuk membantu PBB dalam merealisasikan Millennium Development Goalds (MDGs). Adapun tujuan utama MDGs adalah mengurangi separuh kemiskinan dan kelaparan ditahun 2015. Pantas untuk dicatat tujuan ini jelas maha berat, mengingat pertumbuhan dunia bisnis terus meningkat, tetapi kemiskinan toh malah bertambah.
Human Depelopment Report tahun 2005 (HDR) melaporkan, 40% penduduk dunia atau 2,5 milyar jiwa hidup dengan upah dibawah US$ 2/hari/kapita. Total upah ini nilainya setara dengan 5% pendapatan dunia , setiap hari 1200 anak-anak mati karena kelaparan. HDR mensinyalir 10% orang terkaya di dunia menguasai 54% total pendapatan dunia yang yang 500 orang dari 10% terkaya itu, hartanya lebih besar ketimbang kekayaan 416 juta penduduk termiskin.
Untuk mengatasi kemiskinan ini pihak perusahaan perlu menyisihkan uang dari keuntungan yang diperoleh, tetapi bukan dimasukkan kedalam biaya investasi yang harus ditanggung pemerintah.
Bila dilihat masih belum jelasnya aturan dalam pelaksanaan CSR perusahaan menimbulkan penafsiran sendiri, hal ini dapat dilihat dari masing-masing perusahaan yang memiliki program CSR. Perlu diketahui program CSR yang terpenting adalah aturan yang mewajibkan programnya harus berkelanjutan (sustainable). Melakukan program CSR yang berkelanjutan akan memberikan dampak positif dan manfaat yang lebih besar baik kepada perusahaan itu sendiri berupa citra perusahaan dan para stake holder yang terkait. Sebagai contoh nyata dari program CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan dengan semangat keberlanjutan antara lain pengembangan Bio Energi, Perkebunan Rakyat, dan pembangkit Listri tenaga air swadaya masysrakat.
Program CSR yang berkelanjutan diharapkan dapat membantu menciptakan kehidupan dimsyarakat yang lebih sejahtera dan mandiri. Setiap kegiatan tersebut akan melibatkan semangat sinergi dari semua pihak secara terus menerus membangun dan menciftakan kesejahteraan dan pada akhirnya akan tercifta kemandirian dari masyarakat yang terlibat dalam program tersebut, sesuai dengan kemampuannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Kingsley Davis dan Wilbert Moore, menurut mereka bahwa didalalm masyarakat terdapat Stratifikasi social dimana stratifikasi social itu dibutuhkan masyarakat demi kelangsungan hidup yang membutuhkan berbagai jenis pekerjaan. Tanpa adanya stratifikasi social, masyarakat tidak akan terangsang untuk menekuni pekerjaan-pekerjaan sulit atau pekerjaan yang membutuhkan proses berlajar yang lama dan mahal. Agar masyarakat dapat memiliki modal stimulus untuk merubah stratifikasi, perlu ada pemberdayaan agar masyarakat sadar dan bangkit dari keterpurukan.
Kondisi ini dapat diatasi dengan program yang bersifat holistik sehingga dapat membangun tingkat kepercayaan dalam diri masyarakat, untuk itu didukung oleh program CSR yang berkelanjutan (sustainable).
Kesimpulan
Istilah CSR (Corporate Social Responsibility) mulai digunakan sejak tahun 1970a dan di Indonesia istilah CSR baru digunakan sejak tahun 1990-an. Sebagian besar perusahaan di Indonesia menjalankan CSR melalui kerjasama dengan mitra lain, seperti LSM, perguruan tinggi atau lembaga konsultan.
Dimana pengertian dari CSR (Corporate Social Responsibility) dapat didefenisikan sebagai Kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan profesional.
Undang-undang tentang CSR di Indonesia diatur dalam UU PT No.40 Tahun 2007 yang menyebutkan bahwa PT yang menjalankan usaha di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Pasal 74 ayat 1). UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyatakan bahwa ”Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.” Selajutnya lebih terperinci adalah UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN. UU ini kemudiaan dijabarkan lebih jauh oleh Peraturan Menteri Negara BUMN No.4 Tahun 2007 yang mengatur mulai dari besaran dana hingga tatacara pelaksanaan CSR.
Kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan professional merupakan wujud nyata dari pelaksanaan CSR di Indonesia dalam upaya penciptaan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia.

Senin, 26 September 2011

Karbohidrat

KARBOHIDRAT

Prosedur kerja:
Uji Yodium
1)      Sediakan plat tetes, isi dengan 1 tetes larutan amilum
2)      Tambahkan 1 tetes larutan yodium encer
3)      Perhatikan warna biru yang terjadi
4)      Ulangi percobaan ini dengan menggunakan larutan conto

Uji Molisch
1)      Sediakan 5 buah tabung reaksi masing – masing tabung diisi sebagai berikut:
a.       3 ml conto + 5 tetes pereaksi molisch
b.      1 ml glukosa 0,1 M + 5 tetes pereaksi molisch
c.       1 ml sukrosa 0,1 M + 5 tetes pereaksi molisch
d.      1 ml maltosa 0,1 M + 5 tetes pereaksi molisch
e.       1 ml arabinosa 0,1 M + 5 tetes pereaksi molisch
f.       1 ml suspensi selulosa + 5 tetes pereaksi molisch
2)      Pada masing – masing tabung, tambahkan perlahan – lahan melalui dinding tabung H2SO4 pekat tetes demi tetes.
3)      Warna ungu kemerah – merahan pada batas kedua cairan tersebut menyatakan reaksi positif.
4)      Bandingkan kelima reaksi tersebut. Catat dan terangkan hasilnya.

Uji Benedict
1)      Sediakan 2 buah tabung reaksi isi masing – masing sebagai berikut :
a.       3 ml larutan benedict + 1ml larutan conto
b.      3ml larutan benedict + 3,5 ml tetes glukosa 1%
2)      Campur baik – baik dan panaskan dalam penangas air mendidih selama 5 menit atau dipanaskan  langsung diatas api sampai mendidih.
3)      Dinginkan dan amati warna yang terjadi dari mulai hijau, hijau kuning, kuning merah hingga merah bata. Perubahan warna ini memberikan cara semi kuantitatif adanya sejumlah gula yang mereduksi.

Uji Barfoed
1)      Sediakan 2 buah tabung reaksi sebagai berikut:
a.       1 ml pereaksi barfoed + 1 ml larutan conto
b.      1 ml pereaksi barfoed + 5 tetes glukosa 1%
2)      Panaskan dalam penangas air mendidih selama 3 menit dan dinginkan dalam air mengalir ( kran ) selama 2 menit.
3)      Tambahkan pada setiap tabung 1 ml pereaksi warna phospomolibdat sambil dikocok.
4)      Perubahan warna dari hijau kekuning – kuningan menjadi biru tua menunjukkan hasil yang positif adanya monosakarida.
5)      Catat hasilnya dan terangkan reaksi ( bandingkan hasil reaksi tabung A dan B )

Hidrolisa Polisakarida
1)      Masukan 10 ml larutan conto dalam tabung reaksi tambahkan 1 ml HCL 10 %
2)      Panaskan dalam penangas air mendidih
3)      Lakukan uji yodium setiap 3 menit dengan cara mengambil setetes. hidrolisat ke dalam plat tetes dan tambahkan setetes yodium encer.
4)      Ulangi uji ini setiap 3 menit sampai warna yodium tidak berubah ( tetap kuning )
5)      Dinginkan hidrolisat dan netralkan dengan larutan Na2SO3KH atau larutan NaOH dengan menggunakan lakmus sebagai indikator
6)      Larutan dibagi 2, yang satu dilakukan uji benedict dan yang lain dilakukan uji barfoed, amati hasilnya !
7)      Catat pada menit ke berapa hidrolisa sempurna.

Hasil Pengamatan

Uji Yodium
a.       Amilum + Yodium       = Berwarna Biru (+)
b.      Jagung + Yodium       = Berwarna Biru (+)
c.       Dedak + Yodium         = Berwarna ungu (+)
d.      Glukosa + Yodium      =  Tidak berwarna (-)

Uji Molisch
  1. Glukosa + Molisch + H2SO4 = Berbentuk cincin, Berwarna ungu
  2. Maltosa + Molisch + H2SO4 = Berbentuk cincin, Berwarna ungu
  3. Sukrosa + Molisch + H2SO4 = Berbentuk cincin, Berwarna ungu
  4. Dedak + Molisch + H2SO4 = Berbentuk cincin, Berwarna ungu
  5. Jagung + Molisch + H2SO4 = Berbentuk cincin, Berwarna ungu

Uji Benedict
  1. Glukosa + Benedict = Biru merah bata (++++)
  2. Maltosa + Benedict = Biru merah bata (++++)
  3. Sukrosa + Benedict = Biru merah bata (++++)
  4. Dedak + Benedict = Hijau (+)
  5. Jagung + Benedict = Biru (-)
  6. Amilum + Benedict = Hijau (+)

Uji Barfoed
  1. Glukosa + Barfoed = Warna hijau (+)
  2. Maltosa + Barfoed = Warna hijau (+)
  3. Sukrosa + Barfoed = Warna hijau (+)
  4. Dedak + Barfoed = Warna hijau ada endapan (+)
  5. Jagung + Barfoed = Warna hijau (+)
  6. Amilum + Barfoed = Warna hijau (+)

Hidrolisa Polisakarida
conto
Uji Yodium
Uji Benedict
Uji Barfoed
Amilum
+
?
?
Dedak
-
?
?
Jagung
+
?
?

Keterangan :
  1. Amilum dan Jagung Pada menit ke-17 masih (+)
  2. Dedak pada menit ke- 17 menunjukkan warna yang sama dengan yodium (-)





















Pembahasan

Karbohidrat

Karbohidrat adalah sebuah istilah kimia. Ini merupakan sebuah senyawa organik yang terdiri dari zat-zat: karbon, hidrogen, dan oksigen. Senyawa ini terdiri atas satu molekul gula sederhana atau lebih.
Karbohidrat merupakan bahan makanan penting dan sumber tenaga yang terdapat dalam tumbuhan dan daging hewan.
Bahan-bahan makanan yang mengandung karbohidrat:
  beras
  terigu
Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh. Tubuh menggunakan karbohidrat seperti layaknya mesin mobil menggunakan bensin. Glukosa, karbohidrat yang paling sederhana mengalir dalam aliran darah sehingga tersedia bagi seluruh sel tubuh. Sel-sel tubuh tersebut menyerap glukosa dan mengubahnya menjadi tenaga untuk menjalankan sel-sel tubuh.

Peran dalam metabolisme

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang menyediakan 4 kalori (17 kilojoule) energi pangan per gram. Pemecahan karbohidrat (misalnya pati) menghasilkan mono- dan disakarida, terutama glukosa. Melalui glikolisis, glukosa segera terlibat dalam produksi ATP, pembawa energi sel. Di sisi lain, glukosa sangat penting dalam produksi protein dan dalam metabolisme lipid. Karena pada sistem saraf pusat tidak ada metabolisme lipid, jaringan ini sangat tergantung pada glukosa.
Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melalui saluran pencernaan. Sebagian glukosa ini kemudian langsung menjadi bahan bakar sel otak, sedangkan yang lainnya menuju hati dan otot, yang menyimpannya sebagai glikogen ("pati hewan") dan sel lemak, yang menyimpannya sebagai lemak. Glikogen merupakan sumber energi cadangan yang akan dikonversi kembali menjadi glukosa pada saat dibutuhkan lebih banyak energi. Meskipun lemak simpanan dapat juga menjadi sumber energi cadangan, lemak tak pernak secara langsung dikonversi menjadi glukosa. Fruktosa dan galaktosa, gula lain yang dihasilkan dari pemecahan karbohidrat, langsung diangkut ke hati, yang mengkonversinya menjadi glukosa. Gula sederhana sendiri diberi istilah monosakarida. Dua gula sederhana yang bergabung menjadi satu, membentuk disakarida, dan gula sederhana dalam jumlah banyak yang bergabung, membentuk polisakarida.
Monosakarida
monosakrida terdiri dari hanya satu unit polihidroksialdehid atau keton. mempunyai sifat tidak berwarna yang merupakan kristal padat yang larut dalam air, tetapi tidak larut didalam pelarut non polar, dan pada umumnya berasa manis.Monosakarida aldehid disebut suatu monosakrida aldosa sedangkan monosakarida keton disebut monosakrida ketosa. Aldosa membentuk struktur siklik melalui pembentukan hemiasetal secara intramolekul .Gugus aldehida dan alcohol yang membentuk hemiasetal keduanya berasal dari molekul yang sama. Ketosa membentuk struktur siklik dengan cara yang sama, tetapi hasilnya disebut hemiketal. Cincin sakarida beranggota enam (lima karbon dan satu atom oksigen) dinamakan piranosa;cincin beranggota lima disebut furanosa. jika hemiasetal atau hemiketal terbentuk, molekul memperoleh satu lagi karbon asimetrik. Stereoiomer tersebut diberi istilah anomer dan diberi tanda    jika gugus hidroksi berada dibawah dibawah cincin, atau     jika gugus berada diatas cincin.  


Disakarida / oligosakarida
terdiri dari rantai pendek unit monosakarida yang digabungkan bersama – sama oleh ikatan kovalen ( ikatan glikosida ). diantaranya yang paling umum adalah disakarida, yang mempunyai dua unit monosakarida. Ikatan glikosida dari disakarida akan terhidrolisis oleh asam encer:
Maltosa                            Glukosa + Glukosa
Sukrosa                            Glukosa + Fruktosa

Polisakarida
terdiri dari rantai panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida.Polisakarida penyimpanan yang paling penting adalah pati dan glikogen, yang merupakan polimer glukosa bercabang denag berat molekul yang berikatan     (1     4). Pada rantai utama, dan ikatan     (1      6) pada titik cabangnya. Sedangkan polisakarida berantai lurus dari kurang lebih 10000 D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan    (1        4). Polisakarida dapat dihidrolisis dengan asam atau secara enzimatis menghasilkan senyawa – senyawa karbohidrat yang lebih sederhana seperti   - limit dekstrin, maltosa, dan glukosa. Didalam polisakarida, gula sederhana saling berhubungan melalui ikatan glikosida. Ikatan glikosida dibentuk melalui reaksi gugus karbonil dari satu unit gula dengan gugus alcohol dari unit gula lainnya. Hasilnya ialah ikatan eter asetal ( atau ketal ) dan lepasnya satu molekul air.
Pada praktikum kali ini kita mempelajari tentang karbohidrat, dimana kita akan menguji apakah glukosa , maltosa, sukrosa, dedak, jagung dan amilum mengandung monosakrida, disakarida, polisakarida. Uji kualitatif karbohidrat dapat dijelaskan sebagai berikut:

uji yodium
Uji yodium ini digunakan untuk untuk menentukan karteristik pati atau amilum. Pada hasil pengamatan Amilum, Dedak, Jagung berwarna biru (+) ini menunjukkan amilum, dedak, jagung, mengandung pati / amilum. Sedangkan glukosa tidak berubah warna / tidak berwarna (-) berarti tidak mengandung pati / amilum.
Uji Molisch
Adalah uji umum untuk karbohidrat, yang memberikan warna merah ungu yang disebabkan oleh kondensasi furfural atau turunannya dengan   - naftol dalam etilen glikol ( pereaksi molisch ). Pada hasil pengamatan glukosa, maltosa, sukrosa, dedak, jagung mengandung karbohidrat ditandai dengan warna ungu dan adanya cincin.
Uji Benedict
Adalah uji untuk karbohidrat dari kelompok gula pereduksi seperti glukosa, fruktosa, maltosa, dan laktosa. pengujian ini berdasarkan dari reduksi Cu  menjadi Cu  oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keto bebas. Uji positif jika menghasilkan endapan merah bata (Cu2O).pada hasil pengamatan glukosa, maltosa , sukrosa  berwarna biru merah bata (++++) sedangkan dedak dan amilum berwarna hijau (+) ini menunjukkan bahwa glukosa, maltosa, sukrosa, amilum, dan dedak positif mengandung monsakarida, disakarida, dan polisakrida sedangkan jagung berwarna biru (-) berarti jagung tidak mengandung monosakarida, disakarida, dan poli sakarida. 
Uji Barfoed
Uji barfoed digunakan secara khusus untuk memeriksa adanya monosakarida dalam suatu larutan. Larutan pereaksi barfoed dibentuk dari kupri - asetat yang dilarutkan dalam aquadest dan ditambahkan asam lakat.Larutan yang digunakan dalam uji barfoed adlah glukosa, maltosa, sukrosa, dedak, jagung, dan amilum. Warna hijau kebiruan menunjukkan (+) ini berarti dalam larutan yang uji positif mengandung monosakarida.
Hidrolisa Polisakarida
Pada uji ini polisakarida dapat dihidrolisa dengan suatu asam kuat pada temperature lebih kurang 100 C  menjadi monosakarida uji yodium , uji benedict, dan uji barfoed digunakan untuk menguji sempurna tidaknya hidrolisa. Pada hasil pengamatan amilum dan jagung pada menit ke 17 masih (+) sedangkan dedak pada menit ke 17 menjadi (-) dan adanya perubahan warna yang sama dengan yodium.

























Kesimpulan


Amilum, dedak dan jagung mengandung pati / amilum sedangkan glukosa tidak mengandung pati / amilum. ( uij yodium )
Glukosa, Maltosa, Sukrosa, dedak dan jagung mengandung karbohidrat ditandai dengan warna ungu dan ada cincinnya ( uji molisch )
Glukosa, Maltosa, Sukrosa, dedak dan amilum  positif mengandung Monosakarida, disakarida, dan polisakarida.(uji benedict)
Glukosa, Maltosa, Sukrosa, dedak, jagung  dan amilum  berwarna hijau kebiruan (+) mengandung monosakrida (uji barfoed)
pada menit ke 17 dedak berubah warna sama dengan yodium amilum dan jagung tetap ( hidrolisa polisakarida ).



























Daftar Pustaka

Google. com
Wilbraham Antony C.dan Matta Michael S. 1992 . Pengantar kimia organic dan hayati.  Bandung : Penerbit ITB.

lipid


1.    Judul Percobaan
Lipida :
a.    Uji Kelarutan
b.    Uji Ketidak jenuhan
c.    Uji Akrolein
d.   Uji Kolesterol


2.    Prosedur Percobaan
a.    Uji Kelarutan
Ø  Sediakan 6 buah tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 2 ml
-       Air
-       Alkohol panas
-       Alcohol dingin
-       Kloroform
-       Larutan natrium karbonat 2 %
Ø  Teteskan lemak / minyak ke dalam masing-masing tabung tersebut.
Ø  Perhatikan kelarutan minyak/lemak tersebut, catat pada pelarut mana yang paling sempurna.
Ø  Teteskan setetes larutan pada kertas saring, perhatikan ada tidaknya noda setelah menguap, kehadiran lemak ditandai dengan adanya noda.
Ø  Bagaimana kesimpulan anda tentang percobaan ini.

b.    Uji Ketidak Jenuhan
Ø  - Larutkan 1 tetes asam oleat dalam 1 ml kloroform
-    Tambahkan 2 atau 3 tetes larutan yodium hubl
-    Kocok, warna yodium akan segera hilang
Ø  Sediakan 5 buah tabung reaksi, isi masing-masing 1 ml dengan :
-       Minyak kelapa
-       Minyak sawit kemasan
-       Mentega
-       Margarin
-       Lemak hewan (lemak domba)
Ø  Tambahkan sejumlah kloroform (jumlah yang sama dengan sample)
Ø  Tambahkan yod. Hubl tetes demi tetes (setiap penambahan yod. Hubl lakukan percobaan)
Ø  Perhatikan warna yang terjadi ! Catat mengapa demikian ? Apa gunanya uji ini ?

c.    Uji Akrolein
Ø  Sediakan 3 buah tabung reaksi :
Ø  Isi masing-masing dengan :
-       10 tetes minyak (curah/kemasan)
-       10 tetes gliserol
Ø  Tambahkan pada masing-masing tabung reaksi serbuk kalium hydrogen sulfat.
Ø  Panaskan hati-hati diatas api langsung, perhatikan asap yang terbentuk (akrolein ditandai dengan asap putih)
Ø  Tuliskan persamaan reaksi dari pembentukan akrolein ini.
Ø  Apa yang dapat disimpulkan dari percobaan ini?

d.   Uji Kolesterol
Uji Lieberman Burchad
Ø  Sediakan tabung reaksi yang bersih dan kering
Ø  Isi dengan 1-2 ml conto + 2 ml kloroform + 10 tetes asam asetat anhidrida + 3 tetes H2SO4 pekat
Ø  Perubahan warna dari merah, biru kemudian ungu dan diakhiri dengan warna hijau, menandakan kehairan kolesterol (reaksi +)
Ø  Buat seperti reaksi diatas dengan menggunakan 1 ml kolesterol (dalam jumlah sedikit)
Ø  Tugas : tulis rumus bangun kolesterol dan bandingkan derajat kedua reaksi tersebut diatas.

3.    Hasil Pengamatan
a.    Uji Kelarutan

Larutan Conto
Keterangan
Konsentrasi
Air
Ada noda
++
Alkohol Panas
Tidak ada noda

Alkohol Dingin
Ada noda
+
Kloroform
Tidak ada noda

NaCO3
Ada Noda
++


b.    Uji Ketidak jenuhan

Larutan Conto
Keterangan
Konsentrasi
Minyak curah
Larutan Hubl cepat hilang
+
Minyak kemasan
Larutan Hubl cepat hilang
++
Mentega
Larutan Hubl cepat hilang
+
Margarin
Larutan Hubl tidak cepat hilang
+
Lemak sapi
Larutan hubl cepat hilang
++


c.    Uji Akrolein

Ø  10 tetes minyak curah + KHSO4 è panaskan è ada asap putih
Ø  10 tetes minyak kemasan + KHSO4 è panaskan è ada asap putih (+)
Ø  10 tetes minyak gliserol + KHSO4 è panaskan è ada asap putih (++)

d.   Uji Kolesterol

Larutan conto
Keterangan

Konsentrasi

Minyak curah
Hijau tua
++
Minyak kemasan
Hijau muda
+++
Mentega
Hijau muda
+
Margarin
Hijau muda
+
Lemak sapi
Hijau muda
++
Kolesterol murni
Hiaju tua
++++


4.    Pembahasan
a.    Uji Kelarutan
Uji ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelarutan lemak dalam sebuah larutan. Larutan yang digunakan dalam uji ini diantaranya, air, alcohol panas, alcohol dingin, kloroform, dan NaCO3. Untuk alcohol panas, mula-mula alcohol dingin dimasukan ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 ml setelah itu dipanaskan diatas Bunsen sampai mendidih.
Pada pengerjaannya, minyak diteteskan ke dalam larutan tersebut setelah itu campuran larutan tersebut ditetesi pada kertas saring. Dan perhatikan ada tidaknya noda yang terbentuk. Dari hasil pengamatan yang kami lakukan noda timbul pada kertas saring pada larutan air (+ +), alcohol dingin ( + ), dan NaCO3 ( + + ). Sedangkan pada alcohol panas dan kloroform tidak timbul noda. Ini membuktikan bahwa lemak tidak larut dalam air, alcohol dingin dan NaCO3. Sedangkan kloroform dan alcohol panas larut dalam air dan bersifat non polar.

b.    Uji Ketidak Jenuhan
Pada uji ini kita akan mengidentifikasi sejumlah minyak / lemak berdasarkan ketidak jenuhannya. Lemak / minyak yang digunakan dalam uji ini diantaranya minyak curah, minyak kemasan, mentega, margarine, dan lemak sapi. Larutan yang termasuk asam lemak jenuh ditandai dengan larutan hubl yang tidak cepat hilang (tetap) apabila ditetesi ke dalam campuran lemak dan klorofom.
Pada proses pengerjaannya conto minyak ditambah sejumlah kloroform, setelah itu ditambahkan yodium Hubl tetes demi tetes (5 tetes) dan amati perubahan warna yang terjadi. Setelah melalui prosedur diatas margarine terdidentifikasi sebagai asam lemak jenuh, hal ini ditandai dengan tetapnya warna larutan hubl pada campuran larutan tersebut. Sedangkan sisanya yaitu minyak curah, minyak kemasan, mentega dan lemak sapi merupakan asam lemak tidak jenuh, hal ini ditandai dengan cepat hilangnya warna dari yodium hubl.  Untuk konsentrasi minyak yang termasuk asam lemak tidak jenuh yaitu minyak curah ( + ), minyak kemasan ( + + ), mentega ( + ), dan lemak sapi ( + +). Sedangkan pada asam lemak jenuh yaitu margarine ( + ).

c.    Uji Akrolein
Uji akrolein adalah uji untuk mengidentifikasi ada tidaknya gliserol dalam sebuah larutan. Larutan conto yang dipakai dalam uji ini diantaranya minyak curah, minyak kemasan, dan gliserol. Prosedur pengerjaannya yaitu 10 tetes larutan conto ditambah serbuk KHSO4 setelah itu di panaskan. Ada tidaknya kandungan gliserol dalam suatu larutan ditandai dengan timbulnya asap putih apabila dipanaskan.
Sesuai dengan porsedur diatas maka hasil pengamatan kami yaitu pada pengerjaan uji akrolein semua larutan conto yang kami gunakan ( minyak curah, minyak kemasan, dan gliserol) posistif mengandung gliserol. Ini ditandai dengan timbulnya asap putih setelah campuran larutan tersebut dipanaskan diatas Bunsen sampai mendidih. Namun pada larutan gliserol asap putih yang timbul lebih banyak dibanding larutan yang lain, sehingga konsentrasinya ( + + ).

d.   Uji Kolesterol
Uji ini disebut juga uji Lieberman Burchad. Uji ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya kandungan kolesterol dalam suatu larutan. Larutan conto yang digunakan di dalam uji ini diantaranya minyak curah, minyak kemasan, mentega, margarine, lemak sapi, kolesterol murni. Prosedur percobaanya yaitu 1-2 ml larutan conto ditambah dengan 2 ml kloroform, 10 tetes asam asetat an hidrida, dan 3 tetes H2SO4. Setelah itu amati perubahan warna yang terjadi. Ada tidaknya kolesterol dalam uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna pada larutan menjadi warna hijau.
Sesuai dengan prosedur pengerjaan diatas maka semua larutan conto yang digunakan yaitu minyak curah, minyak kemasan, mentega, margarine, lemak sapi, dan kolesterol murni, positif mengandung kolesterol. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan warna pada semua larutan menjadi warna hijau. Kolesterol murni merupakan larutan yang paling banyak mengandung kolesterol dengan konsentrasi + + + + dan warna lartutan hijau tua. Sedangkan Mentega adalah larutan yang paling sedikit mengandung kolesterol dengan konsentrasi + dan warna larutan hijau muda.




KESIMPULAN

Uji kelarutan digunakan untuk mengetahui derajat kelarutan lemak / minyak apabila dicampurkan dengan larutan conto. Dalam uji kelarutan ini lemak tidak larut di dalam air, alcohol dingin, dan NaCO3. Ini ditandai dengan tidak adanya noda pada kertas saring yang digunakan. Sedangkan lemak dapat larut di dalam alcohol panas dan kloroform, karena alcohol panas dan klorofom bersifat non polar. Dalam uji ketidak jenuhan, minyak curah, minyak kemasan, mentega dan lemak sapi termasuk asam lemak tidak jenuh. Ini ditandai dengan cepat hilangnya warna dari larutan Hubl. Sedangkan margarine termasuk pada asam lemak jenuh, yang ditandai dengan warna larutan Hubl yang tidak cepat hilang, dengan konsentrasi +.
Uji akrolein merupakan uji untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya gliserol dalam suatu larutan. Pada uji ini semua larutan yang digunakan yaitu minyak curah, minyak kemasan, dan gliserol positif mengandung gliserol. Yang menandakan adanya gliserol yaitu dengan timbulnya asap putih setelah campuran larutan tersebut dipanaskan. Larutan gliserol memiliki konsentrasi paling tinggi daripad larutan yang lain, konsentrasinya yaitu + +.
Uji Lieberman Burchad merupakan uji untuk mengidentifikasi kolesterol. Pada uji ini semua larutan yang digunakan yaitu minyak curah, minyak kemasan, mentega, margarine, lemak sapi, dan kolesterol murni positif mengandung kolesterol. Ini ditandai dengan adanya perubahan warna pada larutan menjadi larutan dengan warna hijau. Kolesterol murni merupakan larutan conto yang paling banyak mengandung kolesterol, dengan konsentrasi + + + + dan berwarna hijau tua. Sedangkan mentega dan margarine merupakan larutan conto yang paling sedikit mengandung kolesterol, dengan konsentrasi masing-masing + dan warna hijau muda.    





DAFTAR PUSTAKA


Anggorodi, R. 1986. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia : Jakarta

P.M Gaman-K.B. Sherrington. 1994. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Nutrisi dan Mikrobiologi. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta